Jumat, 18 Juli 2008

MANGKUK TAK BERALAS

Seorang raja bersama pengiringnya keluar dari istananya untuk
menikmati udara pagi. Di keramaian, ia berpapasan dengan seorang
pengemis. Sang raja menyapa pengemis ini, "Apa yang engkau inginkan dari dariku?"
Si pengemis itu tersenyum dan berkata, "Tuanku bertanya, seakan-akan
tuanku dapat memenuhi permintaan hamba." Sang raja terkejut, ia merasa
tertantang, "Tentu saja aku dapat memenuhi permintaanmu. Apa yang engkau minta, katakanlah!"

Maka menjawablah sang pengemis,"Berpikirlah dua kali, wahai tuanku,
sebelum tuanku menjanjikan apa-apa." Rupanya sang pengemis bukanlah
sembarang pengemis. Namun raja tidak merasakan hal itu. Timbul rasa
angkuh dan tak senang pada diri raja, karena mendapat nasihat dari
seorang pengemis. "Sudah aku katakan, aku dapat memenuhi permintaanmu.
Apapun juga! Aku adalah raja yang paling berkuasa dan kaya-raya."

Dengan penuh kepolosan dan kesederhanaan si pengemis itu mengangsurkan
mangkuk penadah sedekah,"Tuanku dapat mengisi penuh mangkuk ini dengan
apa yang tuanku inginkan." Bukan main! Raja menjadi geram mendengar
'tantangan' pengemis dihadapannya. Segera ia memerintahkan bendahara
kerajaan yang ikut dengannya untuk mengisi penuh mangkuk pengemis
kurang ajar ini dengan emas!

Kemudian bendahara menuangkan emas dari pundi-pundi besar yang di
bawanya ke dalam mangkuk sedekah sang pengemis. Anehnya, emas dalam
pundi-pundi besar itu tidak dapat mengisi penuh mangkuk sedekah.

Tak mau kehilangan muka di hadapan rakyatnya, sang raja terus
memerintahkan bendahara mengisi mangkuk itu. Tetapi mangkuk itu tetap
kosong. Bahkan seluruh perbendaharaan kerajaan: emas, intan berlian,
ratna mutumanikam telah habis dilahap mangkuk sedekah itu. Mangkuk itu
seolah tanpa dasar, berlubang.

Dengan perasaan tak menentu, sang raja jatuh bersimpuh di kaki si
pengemis bukan pengemis biasa, terbata-bata ia bertanya, "Sebelum
berlalu dari tempat ini, dapatkah tuan menjelaskan terbuat dari apakah
mangkuk sedekah ini?"

Pengemis itu menjawab sambil tersenyum, "Mangkuk itu terbuat dari
keinginan manusia yang tanpa batas. Itulah yang mendorong manusia
senantiasa bergelut dalam hidupnya. Ada kegembiraan, gairah memuncak
di hati, pengalaman yang mengasyikkan kala engkau menginginkan
sesuatu. Ketika akhirnya engkau telah mendapatkan keinginan itu, semua
yang telah kau dapatkan itu, seolah tidak ada lagi artinya bagimu.
Semuanya hilang ibarat emas intan berlian yang masuk dalam mangkuk
yang tak beralas itu.
Kegembiraan, gairah, dan pengalaman yang mengasyikkan itu hanya
tatkala dalam proses untuk mendapatkan keinginan. Begitu saja
seterusnya, selalu kemudian datang keinginan baru. Orang tidak pernah
merasa puas. Ia selalu merasa kekurangan."

Raja itu bertanya lagi, "Adakah cara untuk dapat menutup alas mangkuk
itu?" "Tentu ada, yaitu Rasa Syukur" ucap sang pengemis itu, sambil ia
berjalan kemudian menghilang dari mata khalayak.

Tidak ada komentar: