Jumat, 18 Juli 2008

Belajar dari Tokoh Kartun Si Untung


Kita semua pasti kenal tokoh si Untung di komik Donal Bebek. Berlawanan dengan Donal yang selalu sial. Si Untung ini dikisahkan untung terus. Ada saja keberuntungan yang selalu menghampiri tokoh bebek yang di Amerika bernama asli Gladstone ini. Betapa enaknya hidup si
Untung. Pemalas, tidak pernah bekerja, tapi selalu lebih untung dari Donal. Jika Untung dan Donal berjalan bersama, yang tiba-tiba menemukan sekeping uang dijalan, pastilah itu si Untung. Jika Anda juga ingin selalu beruntung seperti si Untung, dont worry, ternyata beruntung itu ada ilmunya.

Professor Richard Wiseman dari University of Hertfordshire Inggris, mencoba
meneliti hal-hal yang membedakan orang2 beruntung dengan yang sial. Wiseman
merekrut sekelompok orang yang merasa hidupnya selalu untung, dan sekelompok
lain yang hidupnya selalu sial. Memang kesan nya seperti main-main, bagaimana
mungkin keberuntungan bisa diteliti. Namun ternyata memang orang yang beruntung
bertindak berbeda dengan mereka yang sial.

Misalnya, dalam salah satu penelitian the Luck Project ini, Wiseman memberikan
tugas untuk menghitung berapa jumlah foto dalam koran yang dibagikan kepada dua
kelompok tadi. Orang2 dari kelompok sial memerlukan waktu rata-rata 2 menit
untuk menyelesaikan tugas ini. Sementara mereka dari kelompok si Untung hanya
perlu beberapa detik saja! Lho kok bisa?

Ya, karena sebelumnya pada halaman ke dua Wiseman telah meletakkan tulisan yang
tidak kecil berbunyi "berhenti menghitung sekarang! ada 43 gambar di koran
ini". Kelompol sial melewatkan tulisan ini ketika asyik menghitung gambar.
Bahkan, lebih iseng lagi, di tengah2 koran, Wiseman menaruh pesan lain yang
bunyinya: “berhenti menghitung sekarang dan bilang ke peneliti Anda menemukan
ini, dan menangkan $250! Lagi-lagi kelompok sial melewatkan pesan tadi!
Memang benar2 sial.

Singkatnya, dari penelitian yang diklaimnya "scientific" ini, Wiseman
menemukan 4 faktor yang membedakan mereka yang beruntung dari yang sial:

1. Sikap terhadap peluang.

Orang beruntung ternyata memang lebih terbuka terhadap peluang. Mereka lebih
peka terhadap adanya peluang, pandai menciptakan peluang, dan bertindak ketika
peluang datang. Bagaimana hal ini dimungkinkan?

Ternyata orang-orang yg beruntung memiliki sikap yang lebih rileks dan terbuka
terhadap pengalaman-pengalam an baru. Mereka lebih terbuka terhadap interaksi
dengan orang-orang yang baru dikenal, dan menciptakan jaringan-jaringan sosial
baru. Orang yang sial lebih tegang sehingga tertutup terhadap kemungkinan-
kemungkinan baru.

Sebagai contoh, ketika Barnett Helzberg seorang pemilik toko permata di New York
hendak menjual toko permata nya, tanpa disengaja sewaktu berjalan di depan Plaza
Hotel, dia mendengar seorang wanita memanggil pria di sebelahnya: "Mr.
Buffet!" Hanya kejadian sekilas yang mungkin akan dilewatkan kebanyakan orang
yang kurang beruntung. Tapi Helzber berpikir lain. Ia berpikir jika pria di
sebelahnya ternyata adalah Warren Buffet, salah seorang investor terbesar di
Amerika, maka dia berpeluang menawarkan jaringan toko permata nya. Maka Helzberg
segera menyapa pria di sebelahnya, dan betul ternyata dia adalah Warren Buffet.
Perkenalan pun terjadi dan Helzberg yang sebelumnya sama sekali tidak mengenal
Warren Buffet, berhasil menawarkan bisnisnya secara langsung kepada Buffet, face
to face. Setahun kemudian Buffet setuju membeli jaringan toko permata milik
Helzberg. Betul-betul beruntung.

2. Menggunakan intuisi dalam membuat keputusan.

Orang yang beruntung ternyata lebih mengandalkan intuisi daripada logika.
Keputusan-keputusan penting yang dilakukan oleh orang beruntung ternyata
sebagian besar dilakukan atas dasar bisikan "hati nurani" (intuisi) daripada
hasil otak-atik angka yang canggih. Angka-angka akan sangat membantu, tapi final
decision umumnya dari "gut feeling". Yang barangkali sulit bagi orang yang
sial adalah, bisikan hati nurani tadi akan sulit kita dengar jika otak kita
pusing dengan penalaran yang tak berkesudahan. Makanya orang beruntung umumnya
memiliki metoda untuk mempertajam intuisi mereka, misalnya melalui meditasi yang
teratur. Pada kondisi mental yang tenang, dan pikiran yang jernih, intuisi akan
lebih mudah diakses. Dan makin sering digunakan, intuisi kita juga akan semakin
tajam.

Banyak teman saya yang bertanya, "mendengarkan intuisi" itu bagaimana?
Apakah tiba2 ada suara yang terdengar menyuruh kita melakukan sesuatu? Wah,
kalau pengalaman saya tidak seperti itu. Malah kalau tiba2 mendengar suara yg
tidak ketahuan sumbernya, bisa2 saya jatuh pingsan.

Karena ini subyektif, mungkin saja ada orang yang beneran denger suara.

Tapi kalau pengalaman saya, sesungguhnya intuisi itu sering muncul dalam
berbagai bentuk, misalnya:

- Isyarat dari badan. Anda pasti sering mengalami. "Gue kok tiba2 deg-deg an
ya, mau dapet rejeki kali", semacam itu. Badan kita sesungguhnya sering
memberi isyarat2 tertentu yang harus Anda maknakan. Misalnya Anda kok tiba2
meriang kalau mau dapet deal gede, ya diwaspadai saja kalau tiba2 meriang lagi.

- Isyarat dari perasaan. Tiba-tiba saja Anda merasakan sesuatu yang lain ketika
sedang melihat atau melakukan sesuatu. Ini yang pernah saya alami. Contohnya,
waktu saya masih kuliah, saya suka merasa tiba-tiba excited setiap kali
melintasi kantor perusahaan tertentu. Beberapa tahun kemudian saya ternyata
bekerja di kantor tersebut. Ini masih terjadi untuk beberapa hal lain.

3. Selalu berharap kebaikan akan datang.

Orang yang beruntung ternyata selalu ge-er terhadap kehidupan. Selalu
berprasangka baik bahwa kebaikan akan datang kepadanya. Dengan sikap mental yang
demikian, mereka lebih tahan terhadap ujian yang menimpa mereka, dan akan lebih
positif dalam berinteraksi dengan orang lain. Coba saja Anda lakukan tes sendiri
secara sederhana, tanya orang sukses yang Anda kenal, bagaimana prospek bisnis
kedepan. Pasti mereka akan menceritakan optimisme dan harapan.

4. Mengubah hal yang buruk menjadi baik.

Orang-orang beruntung sangat pandai menghadapi situasi buruk dan merubahnya
menjadi kebaikan. Bagi mereka setiap situasi selalu ada sisi baiknya. Dalam
salah satu tes nya Prof Wiseman meminta peserta untuk membayangkan sedang pergi
ke bank dan tiba-tiba bank tersebut diserbu kawanan perampok bersenjata. Dan
peserta diminta mengutarakan reaksi mereka. Reaksi orang dari kelompok sial
umunya adalah: "wah sial bener ada di tengah2 perampokan begitu". Sementara
reaksi orang beruntung, misalnya adalah: "untung saya ada disana, saya bisa
menuliskan pengalaman saya untuk media dan dapet duit". Apapun situasinya
orang yg beruntung pokoknya untung terus.

Mereka dengan cepat mampu beradaptasi dengan situasi buruk dan merubahnya
menjadi keberuntungan.

Sekolah Keberuntungan.

Bagi mereka yang kurang beruntung, Prof Wiseman bahkan membuka Luck School.
Latihan yang diberikan Wiseman untuk orang2 semacam itu adalah dengan membuat
"Luck Diary", buku harian keberuntungan. Setiap hari, peserta harus mencatat
hal-hal positif atau keberuntungan yang terjadi.

Mereka dilarang keras menuliskan kesialan mereka. Awalnya mungkin sulit, tapi
begitu mereka bisa menuliskan satu keberuntungan, besok-besoknya akan semakin
mudah dan semakin banyak keberuntungan yg mereka tuliskan.

Dan ketika mereka melihat beberapa hari kebelakang Lucky Diary mereka, mereka
semakin sadar betapa beruntungnya mereka. Dan sesuai prinsip "semakin mereka memikirkan betapa mereka beruntung, maka semakin
banyak lagi lucky events yang datang pada hidup mereka".

Jadi, sesederhana itu rahasia si Untung. Ternyata semua orang juga bisa
beruntung. Termasuk termans semua.

Siap mulai menjadi si Untung?

Tidak ada komentar: